Senin, 20 Februari 2012

TEORI BELAJAR GUTHRIE


TEORI BELAJAR GUTHRIE
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di University of Washington dari 1994 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.
A.      Teori Contiguous Conditioning dari Guthrie
Menurut teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi dari stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus untuk tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga membentuk deretan-deretan tingkah laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning ini terjadi asosiasi antara unit-unit tingkah laku secara berurutan.
Guthrie menegaskan dengan hukumnya yaitu “The Law of Association”, yang berbunyi : “A combination of stimuli which has accompanied a movement will on its recurrence tend to be followed by that movement” (Guthrie, 1952 :13). Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang sama. Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Pandangan Guthrie tentang Motivasi, Lupa, Hukuman, Niat, Transfer Training sebagai berikut:
1.       Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
2.      Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan, jika masih tetap ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.
3.      Motivasi
Motivasi fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai jelek saat ulangan, guru tidak boleh memarahinya. Menurut Guthrie, guru seharusnya memberi dorongan agar siswa tersebut lebih rajin belajar.
4.      Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).Gambarannya, ketika seorang siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan oleh guru maka dia akan langsung mengerjakan soal yang diberikan. Tetapi jika dia belum paham maka dia akan mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahaminya. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5.      Transfer Training
Guthrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas.Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
                                                                                                     
B.       Beberapa metode dipergunakan Guthrie dalam mengubah tingkah laku, ialah:
a)         Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Metode ini menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada stimulus-stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan.
Misalnya seorang murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya maju untuk mengerjakan soal di papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut siswa tersebut, guru bisa menyuruh siswa maju terus menerus tiap ada soal yang hendak dikerjakan di papan tulis.



b)        Metode Membosankan (­Exhaustion Method)
Hubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya merasa bosan.
Sebagai contoh, misalnya seorang siswa yang suka membuat catatan kecil untuk mencontek, maka untuk menghentikan perilaku buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa tersebut membuat catatan berlembar-lembar secara terus menerus sehingga ia akan bosan dengan sendirinya. Contoh lain, seorang siswa yang suka mengobrol dengan temannya ketika pelajaran berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa tersebut dengan menyuruh siswa tersebut berbicara selama 1 jam pelajaran sehingga siswa tersebut akan bosan dan berhenti dengan sendirinya.
c)         Metode Mengubah Lingkungan (Change of EnvironmentMethod)
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan mengubah stimulusnya.
Sebagai contoh, misalnya kita akan mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah lain. Contoh lain, seorang siswa yang suka ramai di belakang kelas, untuk menghentikan kebiasaan ramai siswa tersebut, guru dapat memindahkan tempat duduknya ke baris depan.

C.      Pendapat Guthrie Tentang Pendidikan
Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap stimuli (di dalam atau di luar kelas).



DAFTAR PUSTAKA

Bower, Gordon H. dan Ernest R. Hilgard. 1981. Theories of Learning. Amerika: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J 07632.

















1 komentar:

  1. itu saya mau ralat, lahir nya 1986 dan meninggal tahun 1959 ?? itu tahunnya salah, tolong d ralat

    BalasHapus